Entri Populer
-
Tersudut berlinang diujung kamar berdebu Berselimut hangat karma yang menyiksa Tak kuasa berpaling tuk menghindar Derita terus mendera, mene...
-
Saat kurangkai puisi dan sair tidak cukup samudra airmata untuk ceritakan hujah* cinta melebur dalam pertalian jiwa Kala sepasang kasih berm...
-
Apa sih manfaat membuat blog / blogging / ngeblog, dan eksis di blogosphere? Saya mencoba menuliskan manfaat-manfaat dari blog dalam satu en...
-
Bibirku tak akan pernah mengatakan "aku cinta kamu" Aku juga takan pernah ingin mendengar kamu mengatakan kepadaku "aku cinta...
-
CINTA,benar cinta itu sakit dan kadang cinta itu bisa menyakitkan tapi yg terpenting kamu jangan hianati cinta karena bila kita menghianati ...
-
dimana letak kasih sayang jikah tiada keiklasan diamana letak kehidupan jika tiada perasaan cinta tak lebih sepenggal dusta cinta tak lebih ...
-
Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehi...
-
Dirimu bagaikan rembulan di malam yang sepi purnama bersinar menerangi hati aku damba engaku bersemayam di hati walau dalam mimpi tetapi mun...
-
Disaat menemukan cinta dunia terasa indah Disaat duka hidup di dunia terasa hampa Disaat kamu katakan cinta hati terasa paling bahagia di du...
-
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang menc...
Selasa, 13 April 2010
Tinta Airmata
Barangkali tinta hanya keluh airmata, menuliskan sajak dan malam yang tak sempat membebaskan sekeranjang mimpi: tentang kami.
Mungkin keberadaan nyata hanyalah injeksi khayalan siang; membelai seraut wajah dan kenangan. Aku belum lupa tentang letak alisnya yang tebal, sering bertampang tegas. Menyembunyikan mata redup yang tak lelah tersenyum melindungiku. Matanya: matahatiku.
"Karena aku sudah berjanji akan baik-baik saja"
Karena seiring sepertiga hati yang mengizinkan kata selamat tinggal itu, pada wujud rindu yang tak bisa kusentuh kini.
Tinta hanya keluh airmata, lama sebelumnya menyaksikan kematianku sendiri, seminit setelah pemergian cintaku...
Mungkin keberadaan nyata hanyalah injeksi khayalan siang; membelai seraut wajah dan kenangan. Aku belum lupa tentang letak alisnya yang tebal, sering bertampang tegas. Menyembunyikan mata redup yang tak lelah tersenyum melindungiku. Matanya: matahatiku.
"Karena aku sudah berjanji akan baik-baik saja"
Karena seiring sepertiga hati yang mengizinkan kata selamat tinggal itu, pada wujud rindu yang tak bisa kusentuh kini.
Tinta hanya keluh airmata, lama sebelumnya menyaksikan kematianku sendiri, seminit setelah pemergian cintaku...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar